Adat Mandi Lemon Di Gorontalo

Posted by Nol Basar on 08.37 with No comments




WIMPinoguPara wanita di gorontalo menjalani prosesi mandi lemon sebanyak dua kali dalam hidupnya. Pertama saat umur dua tahun Mo Polihu Lo Limu Waw Molubingo (Mandi Lemon dan Khitanan), kedua Mo Polihu Lo Limu Waw Mo Meati (Mandi Lemon dan Pembaeatan) saat memasuki masa remaja yang ditandai dengan datangnya haid (menstruasi). Prosesinya keduanya hampir sama tapi tulisan kali ini lebih spesifik membahas tentang Mandi Lemon dan Pembaetan.

Mandi lemon sudah menjadi adat dan tradisi di gorontalo saat anak gadis beranjak remaja, prosesinya akan dilaksanakan setelah haidnya berhenti. Mandi lemon juga merupakan mandi haid pertama bagi gadis remaja di gorontalo. 

Diawali dengan membacakan sholawat yang dipimpin oleh imam masjid atau tokoh adat setempat, seiring hulango (dukun beranak) memberikan bontho (titik) pada si gadis dibagian tubuh tertentu dengan campuran bedak dan rempah yang sudah dihaluskan. Hulango kemudian melanjutkan ritual ramalan dengan melemparkan potongan jeruk, pala dan cengkih ke dalam loyang.

Selanjutnya ritual mandi lemon, uniknya si gadis duduk di atas cukuran kelapa yang dihiasi dengan batang tebu, setandan buah pisang dan mayang (dari pohon pinang) yang terurai. Si gadis akan dimandikan oleh hulango, disiram dengan air yang telah dicampur dengan daun puring dan bunga serta potongan jeruk purut dari tujuh potong ruas bambu kuning yang didalamnya juga terisi koin logam. Dalam sesi mandi ini, ada tepuk mayang (yang masih terbungkus pelepahnya) kemudian pucuknya di gosokan ke seluruh tubuh. Acara mandi diakhiri dengan memecahkan telur diatas telapak tangan si gadis, disalin dari tangan kiri ke tangan kanan secara bergantian, kemudian meminta si gadis untuk menelan  kuning telur mentah-mentah. 

Dilanjutkan dengan prosesi menginjak piring yang berjumlah 11 buah, 7 buah piring berisi koin logam dan sehelai daun puring, 4 buah piring masing-masing berisi padi, jagung, beras tiga warna (hijau, kunig dan putih) dan tanah yang ditumbuhi rumput padinggi (Digitaria Sanguinalis), serta satu buah wadah plastik yang berisi beras, 7 buah jeruk purut, 7 butir telur ayam, 7 biji pala, dan 7 keping koin logam. Si gadis akan mengitari ke sebelas piring yang dijajarkan di atas kain batik berlawanan dengan arah jarum jam, berputar sebanyak tiga kali.

Prosesi inti yakni pembaeatan, imam wilayah ataupun tokoh adat setempat akan membaeat si gadis sesuai dengan syariat islam. Diawali dengan mengucapkan dua kalimat syahadat, menjelaskan tentang rukun islam, rukun iman dan rukun ikhsan. Adab terhadap kedua orang tua, tata cara berperilaku dalam keseharian yang diatur oleh hukum adat gorontalo serta nasihat lainnya yang bersesuaian sebagai modal hidup kedepan. Insya Allah Amin.



Categories: